Article Detail
Retret Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta "Quo Vadis"
Menjadi sebuah agenda tahunan bagi siswi-siswi kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk menjalani retret selama tiga hari dua malam dalam rangka mempersiapkan langkah baru setelah setelah jenjang SMA. Pelaksanaan retret dibagi menjadi tiga gelombang yang dilaksanakan di Panti Semedi Sangkal Putung Klaten pada tanggal 23-29 Agustus 2015. Retret dimulai oleh siswi-siswi jurusan IPS, diikuti jurusan IPA, dan ditutup oleh jurusan Bahasa. Pembimbing yang dipilih pihak sekolah adalah Rm. F.X. Alip, Pr beserta timnya didampingi Tim kerohanian SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yaitu Sr. Renata, CB, Bapak, Ant. Icok Ragil, S.Pd., dan Ibu Yohana Krisdian, S.Pd.
Retret sebagai bentuk pengunduran diri dari aktivitas sehari-hari ini, mengajak para siswi untuk mengolah afektif mereka pribadi, menetapkan proritas apa saja yang harus diupayakan, membangun disposisi batin untuk bertemu dengan Allah di sela kesibukan, dan membangun relasi dengan teman, keluarga serta orang-orang yang mencintai dan mendukung dengan tulus. Tak hanya itu, para sisiwi juga diajarkan bagaimana cara berdoa yang baik dengan meditasi, berusaha menjadi manusia yang outstanding, yang selalu optimal dan terus berkembang dalam melakukan sesuatu, mengenali great identity yang mereka miliki untuk disyukuri dan menjadi pedoman untuk menggali lebih dalam di manakah passion dan apa mimpi mereka. Para siswi juga diajak untuk mengenali tantangan hidup yang sebenarnya dengan mewawancari orang-orang yang sungguh-sungguh berjuang dalam hidup mereka di lingkungan sekitar Rumah Semedi. Hal yang menarik adalah ketika para siswi diminta menuliskan refleksi atas retret yang telah mereka dapat dan surat untuk diri mereka sendiri mengenai retret, impian dan komitmen yang ingin mereka capai pada malam terakhir di teras aula. Ketika menulis, masing-masing dari mereka ditemani sebuah lampion. Hingga yang terakhir, community building dengan teman-teman satu kelas untuk semakin mendekatkan dan mempererat hubungan mereka sebagai satu kesatuan. Selama proses retret pun mereka semua diminta untuk menjaga keheningan dan hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka yang tidak terbiasa untuk diam.
Berkat cara penyampaian Rm. Alip yang to the point dan sangat mengena, membuat para siswi berhasil menyadari dan menemukan siapakah mereka sebenarnya dan apa yang menjadi passion mereka. Seperti yang diungkapkan Dini, siswi kelas XII Bahasa, pada Perayaan Ekaristi sebelum kembali pulang, “Di sini membuat kami lebih mengenal passion dalam diri kami masing”. Semoga retret ini benar-benar berhasil membekali mereka mempersiapkan diri untuk mengakhiri masa putih-abu-abu mereka dengan penuh kelancaran, kebahagiaan, dan kesuksesan. Bahkan bukan hanya untuk persiapan akhir namun juga untuk masa depan mereka.
Retret sebagai bentuk pengunduran diri dari aktivitas sehari-hari ini, mengajak para siswi untuk mengolah afektif mereka pribadi, menetapkan proritas apa saja yang harus diupayakan, membangun disposisi batin untuk bertemu dengan Allah di sela kesibukan, dan membangun relasi dengan teman, keluarga serta orang-orang yang mencintai dan mendukung dengan tulus. Tak hanya itu, para sisiwi juga diajarkan bagaimana cara berdoa yang baik dengan meditasi, berusaha menjadi manusia yang outstanding, yang selalu optimal dan terus berkembang dalam melakukan sesuatu, mengenali great identity yang mereka miliki untuk disyukuri dan menjadi pedoman untuk menggali lebih dalam di manakah passion dan apa mimpi mereka. Para siswi juga diajak untuk mengenali tantangan hidup yang sebenarnya dengan mewawancari orang-orang yang sungguh-sungguh berjuang dalam hidup mereka di lingkungan sekitar Rumah Semedi. Hal yang menarik adalah ketika para siswi diminta menuliskan refleksi atas retret yang telah mereka dapat dan surat untuk diri mereka sendiri mengenai retret, impian dan komitmen yang ingin mereka capai pada malam terakhir di teras aula. Ketika menulis, masing-masing dari mereka ditemani sebuah lampion. Hingga yang terakhir, community building dengan teman-teman satu kelas untuk semakin mendekatkan dan mempererat hubungan mereka sebagai satu kesatuan. Selama proses retret pun mereka semua diminta untuk menjaga keheningan dan hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka yang tidak terbiasa untuk diam.
Berkat cara penyampaian Rm. Alip yang to the point dan sangat mengena, membuat para siswi berhasil menyadari dan menemukan siapakah mereka sebenarnya dan apa yang menjadi passion mereka. Seperti yang diungkapkan Dini, siswi kelas XII Bahasa, pada Perayaan Ekaristi sebelum kembali pulang, “Di sini membuat kami lebih mengenal passion dalam diri kami masing”. Semoga retret ini benar-benar berhasil membekali mereka mempersiapkan diri untuk mengakhiri masa putih-abu-abu mereka dengan penuh kelancaran, kebahagiaan, dan kesuksesan. Bahkan bukan hanya untuk persiapan akhir namun juga untuk masa depan mereka.
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment